PARBOABOA, Pematangsiantar - Futsal kini populer di Indonesia, digemari berbagai kalangan, khususnya anak-anak muda.
Kata futsal berasal dari bahasa Spanyol, yaitu 'Futbol' dan 'Sala', yang berarti sepak bola dalam ruangan.
Sementara pada KBBI, futsal berarti permainan sepak bola dengan lapangan dan gawang lebih kecil.
Umumnya futsal dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan lima orang. Olahraga bisa berlangsung di lapangan indoor maupun outdoor.
Futsal berkembang cepat di negara-negara Amerika dan Eropa. Futsal juga berkembang hingga ke Indonesia.
Diketahui, futsal masuk di Indonesia ketika sedang dilanda krisis moneter, yakni di tahun 1998-1999. Walau demikian, eksistensi futsal baru mendapat pengakuan secara resmi pada 2002.
Indonesia saat itu, dipercayakan sebagai penyelenggara putaran final kejuaraan tingkat Asia di Jakarta.
Sejak saat itu, futsal sudah menjadi olahraga pilihan di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Pematangsiantar.
Di Pematangsiantar sendiri, futsal mulai diperkenalkan oleh Gempar Purba tepatnya pada tahun 2006.
Jejak awal kehadiran futsal di provinsi Sumatra Utara ini sesungguhnya sudah ditemukan di Kota Medan empat tahun sebelumnya (2002).
Tepatnya di Universitas Negeri Medan (UNIMED) lewat kehadiran fakultas olahraga. Melalui fakultas ini, kemudian materi seputar futsal dipelajari, termasuk penyelenggaraan pelatihan dan pemahaman tentang peraturan futsal.
Bermodalkan materi tersebut, pertandingan futsal putri kategori pelajar pertama di Medan pun digelar. Turnamen ini menjadi langkah awal pengaplikasian konsep futsal di Medan.
Pada tahun yang sama, Gempar memutuskan kembali ke Pematangsiantar setelah cukup lama membekali dirinya dengan ilmu termasuk futsal.
Di Pematangsiantar, ia memulai profesinya sebagai guru olahraga di Sekolah Swasta Bintang Timur.
"Saat itu futsal belum dikenal secara luas. Masyarakat di Pematangsiantar masih tidak tahu apa itu futsal ketika saya mengajak mereka untuk membuat pertandingan futsal," katanya pada PARBOABOA, Sabtu (18/5/2024).
Barulah pada tahun 2006, jelas Gempar, melalui Forum Komunikasi Guru Olahraga (FK GOR), dirinya mulai berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang pentingnya sosialisasi futsal, termasuk aturan dan teknis permainannya.
Sosialisasi kemudian diselenggarakan dalam skala besar di GOR Pematangsiantar dengan menghadirkan para guru olahraga dari SMP dan SMA di seluruh kota Pematangsiantar.
Dengan izin dari Dinas Pendidikan jelasnya, kepala sekolah memberikan izin kepada guru olahraga untuk mengikuti seminar tersebut.
Dalam seminar ini, diberikan pemahaman yang lebih baik tentang futsal, termasuk perbedaannya dengan sepak bola.
Di antaranya aturan penggantian pemain yang lebih fleksibel dan ukuran lapangan yang lebih kecil dari lapangan sepak bola.
Peserta seminar juga diberikan sertifikat, sebagai tanda pernah mengikuti seminar tentang futsal.
Gempar menerangkan, sejatinya peraturan futsal merupakan perpaduan antara elemen-elemen dari sepak bola dan bola basket.
"Mirip dengan bola basket, futsal melibatkan lima pemain di setiap tim yang bertanding, namun dengan kegiatan yang lebih mirip sepak bola, yakni mengoper dan menendang bola," ungkapnya.
Adapun misi yang diemban para guru pasca seminar tersebut adalah mulai menghidupkan cabang olahraga tersebut kepada murid-murid mereka masing-masing.
Langkah ini juga dianggap sebagai persiapan sebelum dalam turnamen-turnamen futsal, baik untuk kategori umum maupun pelajar.
Turnamen pertama di Pematangsiantar pun diselenggarakan. Liga kategori umum ini berlangsung di lapangan Adam Malik yang pesertanya terdiri dari sebagian besarnya adalah para pemain sepak bola yang baru mengenal futsal.
"Lucunya waktu itu, ada yang tidak memiliki sepatu futsal, sehingga mereka improvisasi dengan memotong gambi sepatu bola mereka menjadi sepatu futsal," katanya dengan tawa.
Setelah turnamen sambungnya, para peserta tetap diberi edukasi tentang esensi dan aturan-aturan futsal.
Pembangunan Lapangan Futsal
Futsal di Pematangsiantar tumbuh subur, berkat jamaknya turnamen yang diselenggarakan.
Pada tahun 2009, mulai dibangun lapangan-lapangan futsal, termasuk di beberapa sekolah. Lapangan futsal pertama yang dibangun adalah Lapangan Futsal Sriwijaya untuk kebutuhan masyarakat umum.
Sementara untuk ruang lingkup sekolah, lapangan futsal pertama yang dibangun adalah di Sekolah Swasta Bintang Timur.
Meski pria berusia empat puluh tujuh ini yang pertama kali memperkenalkan futsal, namun dia tetap mengakui bahwa FK GOR memiliki peran dalam mengembangkan dunia futsal di Pematangsiantar.
FK GOR, menurutnya, menjadi kunci karena lebih mudah untuk mengajarkan futsal kepada para siswa dibanding masyarakat umum. Keaktifan FK GOR kemudian berhasil melahirkan banyak bibit pemain potensial.
Diketahui, sebelumnya di Pematangsiantar sering diadakan pertandingan sepak bola KIAM (kaki ayam).
Sepak bola ini dilakukan di mana para pemainnya tanpa memakai sepatu. Biasanya diadakan di lapangan tanah kering yang tidak rata sehingga risiko cedera tinggi.
Seiring perkembangan zaman, pertandingan KIAM di Pematangsiantar tidak pernah lagi diselenggarakan. Masyarakat beralih ke futsal sebagai alternatif yang lebih aman dan lebih terstruktur.
Sekretaris AFK (Asosiasi Futsal Kota) ini melihat bahwa perkembangan infrastruktur futsal di Pematangsiantar sudah signifikan.
"Sekarang, banyak lapangan futsal seperti Sriwijaya Futsal, Marihat, Bolon, Rafam, dan lainnya, serta lapangan-lapangan futsal di sekolah-sekolah telah tersedia," kata Gempar.
Baginya, dunia futsal di Pematangsiantar telah mengalami perkembangan, dengan lahirnya para atlet sepak bola yang berkembang dari futsal.
Sebagai guru olahraga, ia berharap futsal akan terus berkembang di kota ini, didorong dengan adanya turnamen yang rutin diselenggarakan untuk memunculkan lebih banyak atlet futsal.
Sementara Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pariwisata Pematangsiantar, Yusuf Gultom, menilai olahraga futsal sedang populer di kalangan remaja, dewasa, dan masyarakat umum di kota tersebut.
Menurutnya, banyak yang bersedia membayar untuk menggunakan fasilitas bermain futsal. Tingginya minat ini mencerminkan popularitas yang tinggi terhadap olahraga futsal.
Melihat antusiasme ini, Yusuf mengatakan, pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata turut mendukung dan memonitor kegiatan futsal.
Upaya ini dilakukan untuk memastikan pengembangan dan peningkatan kualitas kegiatan olahraga, serta memperluas aksesibilitas bagi masyarakat dalam menjalankan gaya hidup sehat dan aktif.
"Pada tahun lalu, kami telah menyelenggarakan Liga Futsal untuk tingkat SMA sederajat di Rafam Futsal, bekerja sama dengan AFK," kata Yusuf pada PARBOABOA, Selasa (21/5/2024).
Liga tersebut dinilai sukses, ditandai dengan antusiasme yang tinggi dari pelajar dan penonton. Sehingga rencananya, kata Yusuf, Pemkot akan kembali menggelar Liga Futsal di tahun ini.
"Prediksi kami, liga tersebut akan diselenggarakan pada triwulan ketiga. Sekarang kami masih fokus pada kompetisi sepak bola antarklub U-17 di triwulan kedua ini," tambahnya.
Saat ini, sambungnya, masih dalam tahap merumuskan teknisnya, termasuk kemungkinan mengadakan pertandingan di sekolah-sekolah, seperti konsep bermain di kandang-tandang.
Pola penyelenggaraan ini masih dalam pertimbangan, “namun yang pasti liga tersebut akan diselenggarakan," pungkasnya.
Kapten tim ASM jawara futsal PARBOABOA CUP 2024 kategori umum, Dodi Sihaloho (22), mengungkapkan bahwa ketertarikannya pada futsal telah dimulai sejak SMP kelas 3.
"Futsal memberikan pengalaman yang positif dan jauh dari hal-hal negatif dalam mengisi waktu luang," ucapnya pada PARBOABOA.
Ia berharap agar di kota Pematangsiantar lebih sering menyelenggarakan turnamen futsal, untuk menumbuhkan bibit-bibit pemain futsal.
Herman Triboy Sianipar (16), kapten tim Sekolah Bintang Timur yang berhasil bertengger di posisi satu dalam turnamen futsal PARBOABOA CUP 2024 kategori pelajar, mengutarakan hal senada.
Ia berharap agar sering diadakannya turnamen,”dapat mengasah mental dan keterampilan dalam olahraga futsal," katanya.
Siswa kelas sebelas ini tertarik pada futsal karena faktor keluarga, terutama ibunya yang pandai bermain bola dan menjadi guru olahraga di Sekolah Swasta Bintang Timur Pematangsiantar.
Sejak di Taman Kanak-kanak, Herman mengaku sudah menyukai sepak bola dan mulai berlatih futsal dari kelas enam Sekolah Dasar.
Sejarah Futsal Masuk ke Indonesia
Mengutip Jurnal pendidikan berjudul "Futsal Sebagai Salah Satu Permainan Alternatif Untuk Pembelajaran Sepak Bola Dalam Pendidikan Jasmani," karya Saryono menjelaskan, pada tahun 1930, di Montevideo, Uruguay, pelatih asal Argentina bernama Juan Carlos Ceriani memulai permainan yang disebut futsal.
Pada saat itu, Ceriani menciptakan futsal sebagai alternatif permainan yang bisa dimainkan di dalam ruangan, karena hujan deras membuat lapangan sepak bola luar ruangan tidak bisa digunakan.
Selanjutnya, Ceriani merumuskan aturan dasar permainan futsal dan menerbitkannya dalam sebuah buku pada tahun 1933.
Aturan tersebut tidak hanya mengadopsi tata cara bermain sepak bola, tetapi juga beberapa elemen dari olahraga lainnya.
Misalnya, dari basket diambil jumlah pemain sebanyak lima orang dan durasi permainan 40 menit, dari polo air diambil batasan untuk penjaga gawang, serta dari handball diambil ukuran lapangan dan dimensi gawang.
Beberapa tahun kemudian, permainan futsal semakin populer dan menyebar ke berbagai negara di Amerika Selatan.
Pada tahun 1965, berdirilah South American Futsal Confederation yang beranggotakan Uruguay, Paraguay, Peru, Argentina, dan Brazil.
Bintang-bintang sepak bola seperti Pele, ikut mengasah keterampilan mereka di sana.
Menurut laporan US Youth Futsal, futsal pertama kali dipertandingkan di ajang internasional pada tahun yang sama dengan Paraguay sebagai juaranya.
Pada Januari 1989, FIFA mendirikan badan organisasi internasional untuk futsal dan menyelenggarakan kejuaraan dunia futsal di Belanda pada bulan Januari.
Futsal mulai merambah ke Indonesia sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2000, meski tanggal pastinya masih menjadi perdebatan.
Namun, pada tahun 2001, futsal mulai dikenal secara luas di Indonesia dan organisasi Induk Organisasi Futsal (POFI) didirikan pada tanggal 7 Juli 2003, yang berafiliasi dengan Asociación Mundial de Futsal (AMF) di Paraguay.
Dalam perkembangannya, Indonesia juga membentuk Departemen Futsal yang berbeda dengan POFI di bawah kendali PSSI.
Melalui Departemen Futsal PSSI, kejuaraan Futsal Asia 2002 diselenggarakan dengan pemain yang terdiri dari para pemain sepak bola LIGINA.
Sebagai upaya pengembangan futsal di Indonesia, Departemen Futsal PSSI direkonstruksi pada tanggal 26 Januari 2006 menjadi Badan Futsal Nasional (BFN), yang berfungsi sebagai badan otonom di bawah PSSI.