parboaboa

Harimau Sumatra Dewi Siundul Mati di Suaka Satwa Barumun Sumut

Ari Bowo | Daerah | 21-03-2023

Harimau Sumatra berjenis kelamin betina dinyatakan mati di Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun di Sumatra Utara (Sumut). (Dok BBKSDA Sumut)

PARBOABOA, Medan - Seekor Harimau Sumatra berjenis kelamin betina bernama 'Dewi Siundul' (DS) dinyatakan mati di Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun, Sumatra Utara (Sumut).

Sebelum kematiannya, Dewi Siundul telah menjalani perawatan secara intensif selama 2,5 bulan oleh Tim Medis (dokter hewan) dan keeper Sanctuary Harimau Sumatra Barumun yang dimonitor langsung oleh drh. Anhar Lubis.

DS merupakan harimau korban konflik antara hewan dengan manusia di Desa Siundul Julu, Desa Pagaranbira Jae, dan Desa Hutabargot yang seluruhnya berada di Kecamatan Sosopan.

"Konflik terjadi sekitar 1 bulan, memakan ternak warga dan meresahkan masyarakat dikarenakan sering berada di sekitar pemukiman," kata Plh Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Elvina Rosinta Dewi, Selasa (21/3/2023).

Elvina mengatakan, DS berumur 14 tahun saat direscue dari Desa Siundul Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumut, Kamis (16/12/2021) dalam keadaan sakit. Harimau itu kemudian dibawa ke Suaka (Sanctuary) Harimau Sumatra Barumun guna menjalani perawatan.

"Pada saat direscue, DS sudah masuk usia tua, memiliki panjang badan (kepala ekor) 234 cm dan tinggi 74 cm, kondisi dalam keadaan sakit, terdapat luka pada bagian perut hingga keluar belatung, malnutrisi sehingga fisik lemah dan kurus," ucapnya.

"Umur 14 tahun untuk harimau sumatra sudah memasuki usia tua/sangat tua mengingat umur harimau sumatra di alam liar sekitar 10-15 tahun," sambung Elvina.

Lalu, setelah dirawat selama hampir 6 bulan, BBKSDA Sumut mengusulkan DS agar dilepasliarkan dan disetujui oleh Pusat.

Namun, berdasarkan general check up dan analisa disposal didapati indikasi bahwa DS mengalami penurunan daya survival di alam dan dikhawatirkan tidak mampu bertahan hidup di habitat barunya hingga akhirnya duputuskan untuk menunda pelepasliaran tersebut.

Selama berada di Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatra Barumun, DS mengalami beberapa kali sakit dan luka yang mengharuskannya dirawat secara intensif.

Terakhir pada tanggal 11 Maret 2023 dilakukan perawatan intensif terhadap DS dengan kondisi luka baru pada kaki (melempuh).

"Tetapi mulai timbul luka baru pada ekor, siku dan perut, nafsu makan masih ada tetapi harus disuapin oleh keeper, jalan masih bisa tetapi sempoyongan dan terdapat indikasi gula darah yang tinggi (kadar gula darah untuk harimau sekitar 21-109, hasil test gula darah Dewi Siundul 178," tutur Elvina.

Kemudian, pada tanggal 15 Maret 2023, kondisi DS sudah bisa makan daging ayam dan minum dengan cara menyulang tetapi belum bisa berdiri maupun berjalan.

Selama dalam masa perawatan itu, lanjutnya, keeper melakukan penyemprotan iodine gusanek untuk luka pada kaki, ekor, serta punggung DS.

"Mencermati kondisi Dewi Siundul yang kurang baik, pada tanggal 17 Maret 2023 dilaksanakan rapat secara online. Hasil rapat adalah kondisinya semakin menurun dan lemah, makan diberikan dengan cara disuapi dan diberikan bantuan untuk minum," ungkapnya.

Elvina menyebut para pihak terkait mendukung untuk menyelamatkan Dewi Siundul termasuk berbagi pengalaman penanganan harimau yang sakit.

Akan tetapi, pada tanggal 19 Maret 2023, kondisi Dewi Siundul terlihat masih lemah dan akhirnya pukul 16.25 WIB, Harimau Sumatra itu dinyatakan mati.

"Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah nekropsi dan bangkal DS dikubur di Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatra Barumun," pungkasnya.

Editor : Maesa

Tag : #harimau sumatra    #korban konflik manusia    #daerah    #sumatra utara    #dewi siundul    #harimau sakit   

BACA JUGA

BERITA TERBARU