PARBOABOA, Pematangsiantar - Siantar Culture Show 2024 dinilai beberapa kalangan masih belum memberikan edukasi soal seni dan budaya.
Seperti yang disampaikan Zainal Abidin Lubis, Ketua Sanggar Seni Qalam Jihad di Kota Pematangsiantar Sumatra Utara.
Ia lantas merujuk pada penamaan culture, yang artinya budaya dalam bahasa Indonesia.
Menurut Zainal, Siantar Culture Show yang berlangsung pada 12-13 Juli 2024 di Lapangan Adam Malik ini belum begitu kental mempertunjukkan budaya lokal.
Sebagian besar isi Siantar Culture Show hanya sekadar hiburan.
Apalagi, anggaran yang digelontorkan untuk acara ini mencapai Rp200 juta dari APBD Pematangsiantar.
"Ke depan melalui Siantar Culture Show, Pemkot (bisa membangun pertunjukan seni lebih bersifat edukatif, tidak hanya sekadar hiburan, agar acara tersebut semakin berkembang," katanya kepada PARBOABOA, Sabtu (13/7/2024).
Zainal juga berharap Siantar Culture Show ini tak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga media edukasi untuk generasi muda agar lebih mengenal dan mencintai budaya lokal.
Pegiat seni di Pematangsiantar ini ingin setiap pertunjukan seni yang ditampilkan di Siantar Culture Show disertai penjelasan makna dan arti.
Zainal beralasan, seni memiliki arti yang perlu dipahami, sehingga generasi muda yang menyaksikan pertunjukan tersebut bisa memahami arti dari seni budaya yang ditampilkan.
"Yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal," ungkapnya.
Zainal juga tidak mempermasalahkan pertunjukan seni modern yang ditampilkan di Siantar Culture Show, karena seni kini telah memasuki era postmodernisme.
Hanya saja, ia meminta pemahaman mengenai seni budaya tradisional jangan ditinggalkan, agar Siantar Culture Show berkesan bagi penonton, khususnya generasi muda.
Tak hanya itu, ia juga mengapresiasi Pemkot Pematangsiantar yang telah menyelenggarakan Siantar Culture Show.
Harapannya, acara ini bisa menjadi agenda rutin Pemkot Pematangsiantar.
Budayawan Tekankan Pentingnya Edukasi Seni Budaya di Siantar Culture Show
Selain pegiat seni, kritik serupa juga dilontarkan budayawan Pematangsiantar, Sultan Saragih.
Ia turut menekankan pentingnya memberikan edukasi seni budaya di Siantar Culture Show.
"Bisa saja, dua hari sebelum acara, kita meminta Maestro Oppong Raminah Garingging untuk memberikan ajaran kepada generasi muda tentang makna-makna seni dan budaya Simalungun," katanya kepada PARBOABOA.
Sultan juga menilai Siantar Culture Show dominan diisi dengan budaya kebarat-baratan, atau kurang sesuai jika tujuannya untuk mengingatkan budaya lokal.
Jika Siantar Culture Show ingin menggambarkan kearifan lokal dan semangat kebersamaan, kata Sultan, lebih tepat diberi nama dalam bahasa Simalungun. Misalnya "Marharoan Bolon," yang artinya bergotong royong.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Hamam Soleh, mengatakan sebelumnya Siantar Culture Show ini direncanakan dengan nama Siantar Culture Urban.
Nama itu diusulkan karena konsepnya dirancang untuk membaurkan unsur budaya modern dengan tradisional.
"Namun, karena tahun lalu sudah diselenggarakan dengan nama Siantar Culture Show, maka untuk menghindari kebingungan, diputuskan tetap menggunakan nama yang sama," ujarnya pada Parboaboa, Jumat (12/7/2024).
Hamam menjelaskan, hal ini dilakukan agar masyarakat lebih mudah mengingatnya dan mengenal acara tahun ini sebagai Siantar Culture Show yang kedua.
Selain menampilkan seni tradisional, acara ini juga memasukkan elemen budaya modern seperti pertunjukan band lokal dan ditutup dengan musik dari disc jockey (DJ).
Saat disinggung soal perbedaan budaya dalam kegiatan ini, Hamam mengakui, adanya keterlibatan berbagai komunitas di Pematangsiantar. Tujuannya, agar Siantar Culture Show menjadi lebih beragam.
Berdasarkan pantauan Parboaboa, terlihat sejumlah komunitas di Pematangsiantar yang terlibat.
Seperti sanggar-sanggar seni, komunitas-komunitas olahraga hingga komunitas pecinta hewan.
"Rencananya, Siantar Culture Show akan diadakan setiap tahun. Harapannya, menjadi event besar dalam skala nasional," imbuh dia.