PARBOABOA, Pematangsiantar - Di sebuah desa kecil di ujung timur Pulau Jawa, terdapat sebuah seni tradisional yang penuh magis dan keindahan.
Reog Ponorogo, demikian orang menyebutnya, bukan sekadar tarian, tetapi sebuah pertunjukan spektakuler yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tari ini telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Ponorogo, serta memikat siapa saja yang menyaksikannya. Ini merupakan sebuah ekspresi kultural yang bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi sebuah ritual penuh makna dan filosofi yang mendalam.
Perpaduan seni tari, musik, dan cerita rakyat yang sarat dengan nilai-nilai tradisional menjadikan tarian ini sebagai warisan budaya yang tak tergantikan.
Biasanya, Reog Ponorogo dilakukan di tempat terbuka sebagai hiburan bagi masyarakat. Uniknya, tarian ini juga mengandung unsur magis yang mengakar dalam tradisi Jawa.
Sejarah Tarian Reog Ponorogo
Saat ditemui dalam event Siantar Culture Show 2024, seorang pegiat seni Reog, Suswanto (89) atau biasa dipanggil Mbah Sulung membagikan cerita awal mula terciptanya tarian Reog Ponorogo.
Kisah asal usulnya melibatkan tokoh legendaris dari zaman Majapahit, yaitu Pangeran Kelana dan Dewi Songgolangit. Dikisahkan bahwa Dewi Songgolangit memiliki kekuatan gaib yang luar biasa.
Kala itu, Pangeran Kelana jatuh hati kepada Dewi Songgolangit dan ingin melamarnya. Namun, untuk mengabulkan hal tersebut, Pangeran diminta untuk membuat tarian menarik yang belum pernah ada sebelumnya, dengan barisan kuda kembar berjumlah seratus empat puluh ekor dan binatang berkepala dua.
Berkat bantuan Ki Ageng Kutu, seorang warok sakti, sang pangeran akhirnya berhasil menciptakan tarian Reog dengan topeng Singa Barong sebagai binatang berkepala dua.
Sementara itu, di cerita versi lain, Suswanto mengatakan tarian ini awalnya hanya dipersembahkan bagi para prajurit yang berperang untuk mengobati rindu dan memberikan motivasi dalam menjaga semangat juang.
Seiiring berjalannya waktu, tarian ini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa Timur, yang menggabungkan unsur-unsur mistis, keberanian, serta keindahan seni tradisional.
Mbah Sulung mengungkapkan Tarian Reog Ponorogo melibatkan sejumlah tokoh utama, diantaranya: Singa Barong, yang melambangkan keberanian, kekuatan dan semangat juang. Klono Sewandono, pangeran dalam cerita tarian Reog Ponorogo. Warok, pria dengan karakter yang dinggap sebagai pahlawan atau ksatria dalam tarian Reog. Bujang Ganong, tokoh yang menggambarkan sosok patih muda yang cekatan, cerdik, jenaka, dan sakti. Serta Jathil, tokoh perempuan yang menghibur Reog ketika lelah.
"Setiap tokoh memiliki peran khas dalam cerita dan pertunjukan, dengan menggunakan topeng singa besar, kostum khas Jawa Timur, gerakan tubuh dinamis, dan simbolisme mendalam yang menciptakan pertunjukan sarat nilai budaya," kata Mbah Sulung kepada PARBOABOA, Sabtu (13/07/2024).
Dalam tarian Reog Ponorogo, pangeran Kelana Sewendana menceritakan perjalanan hidupnya lewat gerakan, dengan melibatkan makhluk gaib seperti Singa Barong, sebagai tokoh utama dan tokoh-tokoh lainnya.
“Gerakan tari reog melibatkan pencak silat yang enerjik, gerakan kepala dan tubuh yang dinamis, serta ekspresi wajah dramatis untuk menggambarkan karakter dan emosi dalam cerita," jelas Mbah Sulung.
Para penari Reog kemudian menampilkan gerakan tubuh yang dinamis dan ekspresif diikuti gerakan tangan dan jari yang halus dan simbolis. Belum lagi, gerakan kaki dan lutut yang kuat guna menopang topeng Singa Barong yang berat semakin memperindah tarian ini.
Makna yang terkandung dalam setiap elemen pertunjukan Tarian Reog Ponorogo menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihatnya.
Pertunjukan tarian ini merupakan wadah untuk mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi serta memperkuat identitas lokal.
Topeng Singa Barong Sebagai Wadah Roh
Setiap gerakan dalam Tari Reog Ponorogo mengandung cerita dan filosofi mendalam. Dimulai dengan suara gemuruh dari kendang dan gong, penonton seolah diajak masuk ke dalam dunia lain.
Para penari, dengan kostum megah dan topeng besar yang menyerupai wajah harimau serta bulu merak yang menjulang, menari dengan gerakan yang penuh semangat dan keberanian.
Tokoh utama dalam pertunjukan ini adalah Singa Barong, yang dianggap sebagai penguasa roh dan kekuatan gaib.
"Topeng dalam tarian reog Ponorogo juga dianggap sebagai wadah roh atau kekuatan spiritual yang berinteraksi dengan dunia manusia saat dalam pertunjukan," kata Mbah Sulung.
Penari Reog bukan hanya menari, tetapi juga menunjukkan kemampuan luar biasa mereka dalam mengendalikan topeng besar dan berat, yang kadang-kadang bisa mencapai 80 kilogram.
Terbuat dari kayu dadap dan rambut yang berasal dari ekor kuda, menjadikan topeng Singa Barong ini sebagai warisan budaya yang ikonik.
Di balik setiap gerakan dan alunan musiknya, tersimpan nilai-nilai luhur yang mengajarkan keberanian, kesetiaan, dan kekuatan batin. Tidak heran jika Tari Reog Ponorogo menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang begitu memikat dan penuh pesona.
Tari Reog Ponorogo bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah upaya untuk melestarikan warisan budaya yang kaya.
Sebagai simbol kebanggan budaya dan keberagaman, pertunjukan tarian ini digelar di event Siantar Culture Show yang diadakan di Lapangan Adam Malik, Pematagsiantar, Sumatra Utara.
Upaya pemerintah dalam melestarikan dan memperkenalkan tarian Reog melalui acara ini patut diapresiasi. Sebab, hal ini dapat mempertahankan tradisi serta nilai nilai budaya lokal kepada generasi muda.