PARBOABOA, Medan – Sejumlah negara di Asia dilanda gelombang panas ekstrem selama beberapa pekan terakhir. Penduduk Asia Selatan hingga Asia Tenggara dipastikan akan merasakan dampak dari gelombang panas ini, termasuk Indonesia.
Beberapa dampak yang dialami adalah produktivitas lahan pertanian yang terganggu sampai sekolah dipaksa tutup untuk menjaga murid dari serangan panas yang berbahaya bagi kesehatan.
Suhu di beberapa kota besar di Asia Tenggara bahkan mencapai lebih dari 40 derajat celsius. Tak hanya itu, di Bangkok Thailand sebanyak 30 orang tewas sebagai akibat gelombang panas.
Dilansir dari New York Times, Sabtu (04/05//2024), beberapa negara di Asia yang dilanda gelombang panas ini seperti Bangladesh, India, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipina termasuk Indonesia.
Di Bangladesh misalnya, beberapa sekolah dan universitas terpaksa ditutup sementara. Pasalnya, di beberapa daerah di Bangladesh kerap mengalami lonjakan suhu hingga melebihi 42 derajat celsius.
Selain itu, faktor ketidaknyamanan masyarakat bertambah dengan kelembapan udara yang semakin tidak menentu.
“Ketidaknyamanan semakin meningkat karena masuknya kelembapan,” ujar Badan Meteorologi Bangladesh.
Hal serupa juga terjadi di India, di mana suhu panas menimbulkan banyak tantangan bagi penduduknya. Apalagi, India sedang menggelar pesta demokrasi terbesar di dunia.
Dalam rangka mencegah terjadinya hal darurat selama proses pencoblosan, Komisi Pemilihan Umum India menyediakan peralatan pendingin dan air minum.
Di sektor pertanian di India juga mengalami dampak gelombang panas. Pertanian gandum di negara ini terhambat karena sejumlah kabel jaringan listrik rusak terpapar panas.
Sementara di Kamboja mengalami panas paling ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. Dilansir dari Kamboja Khmer Times, Juru Bicara Badan Meteorologi dan Sumber Air Kamboja, Chan Yuta menuturkan dalam beberapa minggu ke depan suhu diprediksi bisa mencapai 42 derajat celsius.
Gelombang panas ekstrem juga terjadi di Thailand. Bahkan, pihak berwenang sampai mengeluarkan peringatan panas ekstrem yang diperkirakan mencapai lebih dari 52 derajat celsius di beberapa wilayah.
Ibukota Thailand, Bangkok juga mengalami gelombang panas ekstrem dengan suhu mencapai angka 40,1 derajat celsius.
Gelombang panas ekstrem di Bangkok, Thailand bahkan memakan korban sebanyak 30 orang yang tewas karena terkena serangan panas sejak Januari hingga April 2024.
Begitu juga dengan negara tetangga Indonesia yaitu Filipina yang terkena dampak gelombang panas ekstrem di sejumlah wilayah. Salah satu dampaknya mengakibatkan ribuan sekolah ditutup.
Data dari Badan Meteorologi Filipina menyatakan suhu di Ibukota yaitu Manila mencapai 38,8 derajat celsius. Sementara di kota lainnya diprediksi bisa mencapai indeks panas di angka 45 derajat celsius.
Diketahui, indeks panas ini juga mengukur seperti apa suatu suhu dengan pertimbangan tingkat kelembapan.
Negara tetangga Indonesia lainnya yang juga mengalami gelombang panas ekstrem adalah Myanmar. Pemerintah Myanmar menyebutkan di ibu kota suhunya bisa mencapai 46 derajat celsius.
Di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan peningkatan panas di beberapa negara Asia mencapai 50,7 derajat celcius yang terjadi di Oman. India di angka 46,7 derajat celsius dan Myanmar mencapai 45,8 derajat celsius.
Beberapa wilayah di Indonesia juga mengalami suhu panas yang cukup ekstrem seperti di Jayapura, Papua dengan angka 35,6 derajat celsius. Surabaya 35,4 derajat celsius, Kalimantan Tengah 35,3 derajat celsius, Pekanbaru-Melawi, Kalimantan Barat, Sabang, Aceh dan DKI Jakarta mencapai 34,4 derajat celsius.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto memaparkan bahwa kenaikan suhu di Indonesia bukanlah gelombang panas melainkan fenomena cuaca panas terik.
Pasalnya, salah satu syarat dari sebuah wilayah untuk mengalami gelombang panas adalah di mana suhu rata-rata naik 5 derajat celsius selama lima hari berturut-turut.
Sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) sudah lama memperingatkan soal peningkatan serangan gelombang panas di Asia. Di mana wilayah ini adalah daerah terbanyak yang akan dilanda cuaca ekstrem dunia, sebagai imbas dari perubahan iklim.
Dalam Laporan Kondisi Iklim di Asia 2023, WMO menyoroti percepatan beberapa indikator utama perubahan iklim. Misalnya suhu permukaan, penyusutan gletser dan kenaikan permukaan laut yang akan berdampak besar bagi masyarakat, perekonomian dan ekosistem.
Dibandingkan rata-rata global, Asia mengalami pemanasan lebih cepat. Tren pemanasan global ini meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.
“Laporan ini sungguh menyedihkan. Banyak negara di Asia mengalami rekor terpanas pada tahun 2023, beriringan dengan serangkaian kondisi ekstrem mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai,” terang Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo.
Menurut Celeste, perubahan iklim akan memperburuk frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa-peristiwa yang ada. Sedangkan yang paling penting, kehidupan manusia dan lingkungan akan berdampak paling signifikan.