PARBOABOA, Jakarta - Berhati-hatilah dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi baik pribadi atau pun keluarga.
Bisa-bisa, makanan yang dipilih mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh.
Seperti peristiwa keracunan yang menimpa 22 balita di 14 negara bagian di Amerika Serikat (AS).
Dalam pemeriksaan, ternyata balita-balita tersebut keracunan timbal yang berasal dari bubur kemasan yang tercemar.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut, salah satu anak yang terkena dampak menunjukkan tingkat timbal dalam darah delapan kali lebih tinggi dari tingkat yang menimbulkan kekhawatiran.
Dia mengalami gejala keracunan seperti sakit kepala, mual, muntah, diare, perubahan tingkat aktivitas, dan anemia.
Atas insiden ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS telah meluncurkan penyelidikan dan menarik kembali beberapa produk yang diduga tercemar.
Orang tua yang terlanjur memiliki produk tersebut diminta untuk tidak memberikannya kepada anak-anak.
Sebaliknya, mereka harus mengembalikannya ke toko untuk mendapatkan pengembalian dana secara penuh.
Apa itu keracunan timbal?
Timbal atau timah hitam sebenarnya merupakan sejenis logam yang terbentuk secara alami di alam.
Namun bila logam ini masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang melampaui batas, maka akan menimbulkan keracunan.
Dilansir dari laman UNICEF, keracunan timbal dapat menyebabkan berbagai dampak akut dan kronis.
Di antaranya, kehilangan selera makan, sembelit, kolik abdomen (perut), penurunan IQ, masalah perilaku, pendengaran dan keseimbangan, ensefalopati (kelompok penyakit yang menyebabkan kerusakan atau malfungsi otak), anemia, retardasi atau gangguan pertumbuhan, tertundanya kematangan seksual, meningkatnya karies (pembusukan) gigi, penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, kejang, koma, dan bahkan kematian.
Di Indonesia, keracunan timbal biasanya berasal dari aktivitas proses daur ulang aki bekas, dan cat yang mengandung timbal.
Timbal dapat masuk ke tubuh manusia dengan dihirup, ditelan, atau diserap kulit.
Masalahnya, hampir semua timbal yang dihirup akan diserap tubuh.
Sedangkan timbal yang ditelan biasanya diserap sebesar 20–70 persen. Sayangnya, tubuh anak menyerap lebih banyak dibanding orang dewasa.
Diperkirakan, lebih dari 8 juta anak Indonesia memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikrogram per desiliter (µg/dL). Kadar ini dianggap membutuhkan tindakan medis segera.
Sementara secara global, keracunan timbal diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga atau sekitar 800 juta anak.
Paparan timbal bisa sangat berbahaya, terutama bagi bayi yang belum lahir dan anak kecil.
Dilansir dari FDA, ada tujuh tanda dan gejala keracunaan timbal pada anak kecil, di antaranya adanya tanda iritabilitas dan kelelahan.
Selain itu, anak juga kehilangan nafsu makan sehingga menyebabkan penurunan berat badan.
Tanda lain yakni sakit perut, muntah, sembelit, gangguan pendengaran, keterlambatan perkembangan dan kesulitan belajar.
Jika orang tua mencurigai anak mereka terpapar toksisitas timbal tingkat tinggi, FDA merekomendasikan untuk mengunjungi dokter dan melakukan tes timbal darah.
Editor: Umaya khusniah