parboaboa

Cerita Henry Manik, Kenalkan Musik Orkestra di Sumut Lewat SMI Festival

Putra Purba | Daerah | 23-08-2023

Henry Manik yang merupakan putra asli dari Garoga, salah satu desa yang berada di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, selaku Project Director Samosir Music Internasional Festival (SMI Fest) saat selesai melakukan Konferensi Pers di Sapadia Hotel. (Foto: PARBOABOA/Putra)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Ambisi Henry Manik, putra asli Garoga untuk terus mengenalkan musik orkestra di Samosir, Sumatra Utara tak pernah padam.

Kepada PARBOABOA, Henry bercerita dirinya mulai mengenalkan musik orkestra untuk dinikmati masyarakat Sumatra Utara lewat Samosir Music International Festival (SMI Fest) di 2014.

Saat itu mimpi Henry sederhana, ia hanya ingin masyarakat Sumut, khususnya Samosir menikmati event internasional dengan gratis.

Lewat SMI Fest, Henry juga ingin memperkenalkan keanekaragaman produk lokal dari kampung halamannya itu.

"Sehingga saya bersama Herman Delago Manik dan Samuel Hutajulu sebagai promotor, menghadirkan 80 musisi orkestra dari Austria. Membawakan lagu-lagu Batak. Saat itu masih bernama Samosir Austria Orchestra and Tobatak Rock berjalan sukses," ujarnya kepada PARBOABOA, Selasa (22/8/2023).

Setelah sukses, Henry Manik dan kedua temannya tetap menyelenggarakan SMI Fest yang berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Danau Toba.

"Hingga sebelum memasuki masa COVID-19 di 2019, penonton terus meningkat. Total 15 ribu orang yang hadir di SMI Fest. Hal tersebut yang membuat semangat kami bergelora meskipun harus bercampur rasa takut atas gagalnya pendanaan, karena harus menanggung biaya selama pelaksanaan event," ucapnya.

Henry menerangkan, SMI Fest merupakan panggung kelas dunia dengan budaya batak sebagai konsep utama.

Lewat SMI Fest, Henry juga ingin musisi lokal terakomodir dan bangga pernah manggung di satu-satunya festival internasional di Pulau Sumatra itu.

"Jadi kita dalam pelaksanaannya, event ini juga ditujukan kepada para musisi lokal yang bangga pernah manggung di sini dan tidak memandang genre yang dibawakan apa, selama mereka membawakan lagu Batak yang mereka (musisi lokal) inginkan," ungkapnya.

Lokasi pelaksanaan SMI Festival untuk tahun ini pun tak berubah. Tetap dilaksanakan di Danau Toba, setelah sebelumnya sempat vakum akibat COVID-19.

"Kita tidak bisa pungkiri, saat ini Pemkab Samosir masih menjual keindahan Danau Toba ke mata dunia. Dari sisi budaya juga masih belum banyak yang digali dan dikemas dengan menarik. Belum ada panggung sebagai pertunjukan karya manusia yang bisa mendatangkan banyak wisatawan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Danau Toba," jelasnya.

Tidak Didukung Pemerintah Pusat dan Daerah

Henry mengaku dukungan dari Pemerintah Kabupaten Samosir dan Pemerintah Pusat untuk pelaksanaan SMI Fest 2023, belum terlalu kelihatan. Ia mengaku, dukungan pendanaan terhambat birokrasi.

"Hingga saat ini birokrasi pendanaan dari Pemkab Samosir dan Pusat sangat minim dan rumit. Selama ini hanya mengandalkan dari kantong pribadi maupun pada dukungan swasta sebagai penyokong dana. Biaya operasional event ini mencapai Rp2 miliar," kesalnya.

Padahal, lanjut Henry, lewat SMI Festival, Pemkab Samosir mampu meraup pendapatan daerah yang cukup besar dari kedatangan wisatawan asing, penonton serta pengisi acara yang berasal dari daerah-daerah di luar Samosir.

"Kita bisa liat pencapaiannya. Apalagi Danau Toba saat ini menjadi daerah prioritas pembangunan nasional dan menjadi destinasi wisata super prioritas. Keuntungan pemasukan daerah dalam pelaksanaan event mampu mendorong perputaran ekonomi masyarakat, baik UMKM dan tempat-tempat penginapan di Samosir dengan datangnya penonton dari lokal dan mancanegara," ungkapnya.

Di SMI Fest 2023 ini, Henry ingin ada terobosan dengan memberlakukan tiket masuk untuk penonton. Sebelumnya, penyelenggaraan SMI Fest selalu gratis.

"Kita terapkan pengadaan karcis bagi penonton dengan penandaan gelang di tangan. Di tahun-tahun sebelumnya kita buat gratis. Kita ingin melihat situasi apakah akhirnya berdampak pada jumlah dan antusias penonton, meningkat atau bahkan menurun," timpalnya.

Hendry berharap ada bantuan pendanaan dari Pemkab Samosir dan Pemerintah Pusat untuk SMI Fest 2023.

"Event ini juga masuk dalam 10 besar event nasional yang didata Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) di Danau Toba, tapi pendanaan tidak pernah sampai ke SMI Fest. Ini sebagai tolak ukur apakah pada akhirnya pemerintah juga fokus dalam menyokong pengembangan event internasional yang lebih serius," jelasnya.

Kedepannya pemerintah harus memperbaiki pendanaan kepada masyarakat, terutama anak-anak muda yang ingin menciptakan kegiatan kreatif untuk mendukung kesejahteraan masyarakat, pungkas Henry Manik.

Editor : Kurniati

Tag : #musik orkestra    #henry manik    #daerah    #smi festival    #budaya batak    #umkm    #berita sumut   

BACA JUGA

BERITA TERBARU