PARBOABOA - Krisis guru bahasa Indonesia di Australia menjadi sorotan setelah laporan terbaru mengungkapkan penurunan signifikan dalam jumlah pendidik yang memiliki kualifikasi untuk mengajar mata pelajaran tersebut.
Informasi ini diungkap melalui sebuah acara urun rembuk yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib, bersama pengelola Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) se-Australia pada Sabtu (3/2).
Melalui pertemuan daring tersebut, Najib menjelaskan bahwa banyak sekolah di Australia mengalami kekurangan tenaga pengajar, bahkan beberapa di antaranya telah menutup pelajaran bahasa Indonesia selama berbulan-bulan karena kekurangan guru yang kompeten.
"Banyak sekolah yang guru bahasa Indonesianya pensiun atau pindah ke sekolah lain,” jelas Najib.
Lebih lanjut, ia mengatakan, ada beberapa sekolah yang kesulitan mencari guru baru dan lebih memilih mengirim siswanya ke sekolah bahasa jika ingin belajar bahasa Indonesia.
Bahkan ada sekolah yang akhirnya menutup pelajaran bahasa setelah berbulan-bulan beriklan namun tidak ada yang memenuhi syarat. Hal ini tentu harus segera dicarikan solusi.
Menyetujui pernyataan tersebut, Presiden BBI ACT, Amrih Widodo, mengungkapkan bahwa kurangnya guru bahasa Indonesia di Australia menjadi masalah yang sangat nyata.
Amrih menjelaskan bahwa dulunya di Canberra, Bahasa Indonesia sangat kental, namun sayangnya, saat ini hal tersebut nyaris hilang karena tidak ada guru sama sekali.
Indonesia Mengalami Peningkatan Jumlah Tenaga Pendidik
Sementara itu di Indonesia sendiri, sering kali terdengar bahwa peminat tenaga pengajar khususnya bahasa Indonesia sangat rendah. Ini juga dikaitkan dengan beberapa faktor, seperti bahasa Indonesia yang cenderung dianggap sepele, gaji guru kecil, dan lainnya.
Padahal, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah guru di Indonesia pada tahun ajaran 2022/2023.
Jumlah ini naik sebesar 2,70% dibandingkan tahun ajaran sebelumnya, yang hanya mencapai 3,28 juta orang.
Di sisi lain, data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengungkapkan, jumlah guru di Indonesia mencapai 3,36 juta orang per semester ganjil tahun ajaran (TA) 2023/2024.
Meski mengalami sedikit penurunan, namun hal ini menandakan bahwa sebenarnya peminat guru cukup signifikan di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, mayoritas guru mengajar di tingkat Sekolah Dasar (SD), yaitu sebanyak 1,47 juta orang atau menyumbang 43,89% dari keseluruhan guru di Tanah Air.
Peningkatan ini juga disetujui oleh pengamat pendidikan, Indra Charismiadji. Menurutnya, stigma akan peminat guru yang sepi tidak valid.
Ia menyampaikan, kurangnya tenaga pengajar bahasa Indonesia di Australia dikarenakan kurangnya kompetensi sumber daya manusia dan akses informasi ke sana.
Menurut Indra, masalah utama terletak pada kurangnya kompetensi sumber daya manusia dan akses terhadap informasi.
Kondisi inilah yang mengakibatkan kesulitan dalam mencari pekerjaan di Indonesia, yang membuat sebagian tenaga honorer bersedia bekerja dengan upah minimal, seperti seratus ribu rupiah per bulan.
"Menurut saya, bukan karena mereka tidak berminat untuk menjadi guru Bahasa Indonesia ya. Di Indonesia, mencari pekerjaan itu sulit. Buktinya di Indonesia itu banyak loh, guru honorer yang bahkan mau digaji 100 ribu per 3 bulannya,” kata Indra kepada PARBOABOA, Sabtu, (16/03/2024).
Indra berpendapat bahwa, sebelum fokus pada peningkatan metode pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, langkah awal yang sebaiknya diutamakan adalah memaksimalkan literasi.
"Sebetulnya yang paling penting itu kita bicara literasinya. Indonesia bahkan menjadi salah satu yang terburuk di dunia dalam hal literasi,” tambahnya.
Ia justru mempertanyakan bagaimana cara meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Indonesia, kalau di tingkat yang fundamental yaitu literasi saja sudah gagal.
Indra menyayangkan kurangnya inisiatif dari pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan peluang seperti ini untuk mengurangi angka pengangguran atau bahkan untuk memperluas pengaruh Bahasa Indonesia di tingkat internasional.
Meskipun demikian, menurut Indra, solusi untuk permasalahan ini terletak pada kolaborasi antara duta besar Australia dan pemerintah Indonesia yang menargetkan para guru Bahasa Indonesia agar dapat disiapkan menjadi pengajar di Australia.