parboaboa

Pemilu Antara Ideologi, Media Sosial, dan Gimmick Marketing Politik

Faisal Bachri | Politik | 15-01-2024

Ilustrasi rakyat memilih partai di surat suara saat pemilu. (Foto: PARBOABOA/Bina Karos)

PARBOABOA, Jakarta - Ciri khas pemilu 1955 adalah keterorganisiran masyarakat dan kebebasan partai politik. Pertarungan ideologi hadir kontestasi kampanye pemilu perdana Republik Indonesia.

Salah satu bentuk adu ideologis itu adalah cerita mengenai PKI dan Masyumi terkait lapangan Banteng.

Jika PKI Menang, akan menjadi lapangan merah. Sedangkan jika Masyumi menang, lapangan Banteng menjadi lapangan unta.

“Kalau 1955, itu organized, masyarakatnya masih ter-organized. Kalau 1971 sudah mulai dis-organized. Jadi sudah berlaku kebijakan tentang masa mengambang,” ungkap Sejarawan Universitas Nasional (UNAS), Andi Achdian, kepada PARBOABOA, Kamis (4/1/2024) pukul 14.45 WIB.

Pemilu 1955  terjadi pertarungan ideologi. Sedangkan pada 1971 sudah tak ada lagi pertarungan ideologi.

“Cuma isu sentimen identitas ya, Islam dan sebagainya begitu,” ungkapnya.

Kemudian hal menonjol kampanye Pemilu 1955 semua partai bisa ikut. Sedangkan Pemilu 1971 ada keterbatasan partai mengikuti pemilu.

“Kalau 1971 kan terbatas 1971 kan cuma 10 partai kalau enggak salah ya. Sebelum sebelas ya. Kalau 1971 juga mulai ada batasan kan kita. PKI sudah disingkirkan saat itu ya,” ujarnya.

Selain itu, konteks masyarakat Pemilu 1955-1971 berbeda pada Pemilu 2024 ini.

Lantaran tidak ada lagi pertarungan ideologi. Maka kader partai politik sekarang ini Pemilu 2024 memiliki kekurangan kemampuan orasi sebagaimana tokoh politik Pemilu 1955-1971.

“Jadi kalau saya bilang bahwa kalau sekarang memang terjadi kegagalan dalam partai tidak mampu membangun kader untuk sebagai tokoh politik,” jelasnya.

Partai politik banyak mengambil artis menjadi tokoh politik. Tanda bukti bahwa memang partai politik gagal membangun kader.

“Padahal orang terkenal karena kemampuan dia melayani masyarakat. Kalau ini kan sekarang tidak posisinya memang terbalik,” jelasnya.

Tokoh politik seperti iklan saja saat berkampanye di pemilu. Bahkan partai politik sudah kehilangan narasi-narasi menyentuh masyarakat.

“Yang keliatan cuma glowing saja begitu di wajahnya. Jadi memang ada-ada kemunduran,” jelasnya.

Andi Achdian menilai, bahwa tiga narasi antara tiga paslon di Pemilu 2024 tidak lain merupakan pragmatis semata.

Masyarakat tidak diajak bermimpi mengenai visi masa depan melampaui kebutuhan perut jangka pendek.

Bentuk kampanye dari politisi menjanjikan berbagai kebutuhan pokok, uang sekolah, sampai beras murah gimmick marketing politik semata.

“Jadi enggak berpikir perubahan struktural, tetapi yang ada adalah ya kampanye semua. Mereka pun menjualkan sesuatu,” ujarnya.

Pola Komunikasi Dialogis

Sejak pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dikukuhkan sebelum mendaftar ke KPU.

Anggota Bidang Riset dan Kajian Timnas AMIN, Anang Zubaidy, menjelaskan strategi komunikasi kampanye paslon 01 memakai pola komunikasi menyampaikan gagasan melalui dialogis.

“Jadi, yang dilakukan pasangan nomor urut 1, Pak Anies dan Pak Muhaimin itu. Adalah pola-pola penyampaian secara dialogis dengan dua arah,” ungkapnya kepada PARBOABOA, Jumat (5/1/2024).

“Kami berusaha mungkin menghilangkan sama sekali tidak ya. Tetapi mengurangi intensitas komunikasi satu arah. Di mana hanya paparan visi-misi, penyampaian program kemudian tidak bisa didialogkan. Kami menghindari itu,” jelasnya lagi.

Dia melihat orasi tokoh politik seperti Pemilu 1955 dan 1971 bukan cara paslon 01. Sebab masyarakat sudah jauh melek politik.

“Literasinya sudah jauh lebih baik untuk melihat pasangan calon, baik itu calon presiden maupun calon legislatif,” tuturnya kepada wartawan PARBOABOA Achmad Rizki Muazam.

“Ditambah lagi, kalau kami mengamati bahwa pola-pola komunikasi satu arah yang sudah pernah dilakukan itu. Menurut penilaian kami sebagai sesuatu yang “ya kayak begitu kayak begitu saja, kira-kira begitu”,” ujarnya.

Sehingga, orasi Pemilu 1955 dan 1971 gaya lawas. Sedangkan kampanye Pemilu 2024 membutuhkan hal baru. Cara dialogis upaya Timnas AMIN mengomunikasikan gagasan supaya membumi.

Menurut Anang Zubaidy, itu lebih konkret dibandingkan hanya komunikasi satu arah.

Masyarakat kian kritis ketika ada janji. Semisalnya bantuan pendidikan gratis, bantuan kesehatan gratis, atau yang lain.

“Masyarakat bertanya caranya bagaimana? Mekanismenya seperti apa? Siapa kelompok yang akan mendapatkan manfaat itu? Nah itu yang kemudian langkah yang kita lakukan adalah dengan cara komunikasi dua arah,” jelasnya.

Paslon 01 mengusung gerakan perubahan bottom up. Yakni berangkat dari simpul-simpul relawan kemudian bergerak masif ke masyarakat.

Juru bicara TIMNAS AMIN utamanya adalah captain TIMNAS dan co-captain. Mereka membagikan kiat-kiat menggaet pemilih muda dan pemilih masih belum menentukan pilihan. Mereka menyasar media sosial TikTok, Instagram, YouTube.

Selain diminati teman-teman pemilih pemula dan pemilih kritis (kalangan mahasiswa dan kalangan kritis lain) adalah program “Desak Anies”. Mereka konsisten membawa narasi perubahan.

Sedangkan mengatasi budaya money politic di Pemilu 2024. TIMNAS AMIN mengefektifkan simpul-simpul relawan supaya tidak tercederai oleh perilaku bagi-bagi money politic.

“Yang itu tidak mencerdaskan,” tutur Anang Zubaidy.

Kaget Dampak Gemoy

Jubir TKN, Puteri Komarudin, terkaget-kaget saat istilah gemoy muncul kepada paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Dampak istilah gemoy menjadi interaksi unik terbangun secara natural. Prabowo sebagai calon presiden generasi muda.

“Itu respons positifnya generasi muda melihat Pak Prabowo dengan kegemoyannya. Akhirnya istilah itu menjadi meroket begitu,” ujarnya kepada PARBOABOA di markas TKN Jalan Surabaya Menteng Fanta, Kamis (4/1/2024) pukul 21.50 WIB.

Apalagi Prabowo satu-satunya calon presiden memberikan kesempatan anak muda menjadi wakilnya. 

“Jadi bukan hanya beliau sayang sama generasi muda, yang akan mewakili di daftar pemilih tetap tuh ada 56%,” tambahnya. 

Walaupun banyak cemooh dan ejekan kepada paslon 02. Puteri menjelaskan, sebagaimana disampaikan Prabowo, fitnah, ejekan, cacian itu tidak ditanggapi.

Dia memastikan, narasi paslon 02 melanjutkan program pemerintahan percepatan dan penyempurnaan.

Soal pola komunikasi Prabowo, seorang orator bersemangat di berbagai kesempatan menyampaikan pandangan dan gagasan.

“Kita bisa melihat baik itu dalam forum internasional ataupun di dalam forum kampanye misalnya. Beliau selalu berapi-api menyampaikan menjadi cita-cita beliau untuk masa kepemimpinannya ini,” jelasnya.

Menurutnya, pola komunikasi itu sangat dihargai oleh anak muda. Sebab sudah menjadi ciri khas Prabowo.

Sedangkan gaya Gibran lebih santai menyampaikan gagasan.

“Tetapi telah membuktikan prestasi selama menjadi Wali Kota Solo,” jelasnya.

“Jadi ketika pola komunikasi ini disatukan bisa mengakomodir seluruh elemen masyarakat dari generasi yang baby boomers sampai dengan generasi Z,” tambahnya.

Tim kampanye paslon 02 juga memilih Budiman Sudjatmiko, Fahri Hamzah, dan Maman Abdurrahman. Mereka terpilih orator golongan muda berorasi berapi-api.

“Jadi sebenarnya orasi berapi-api ini bukan hanya miliknya generasinya Pak Prabowo. Sering digunakan oleh kita-kita juga sebenarnya yang generasi muda aktif di dunia aktivis,” ucapnya.

Selain aktif pola diskusi dua arah kepada masyarakat juga berjalan oleh paslon 02. Semisalnya, kepada kaum pesantren, masyarakat bergerak di UMKM, dan mahasiswa.

Paslon 02 juga aktif berselancar di media sosial TikTok, Facebook, dan Instagram.

Sedangkan mewanti-wanti politik uang, Puteri Komarudin menjelaskan karena tingkat literasi masyarakat juga masih rendah.

“Itu kan sebenarnya tugas kita bersama ya di masing-masing partai politik sebenarnya. Ini kan edukasi politik kita gaungkan untuk masyarakat,” jelasnya.

Kampanye Ruang Publik Tergantikan Media Sosial

Beberapa nama mentereng menjadi sorotan di tim kampanye paslon 03. Wakil Ketua Tim Kampanye Ganjar-Mahfud, Andika Perkasa, tegas dan bijaksana menyampaikan sesuatu. Apalagi memiliki pengalaman di militer.

Selain itu, ada pula Andi Widjajanto pernah menjabat sebagai Gubernur Lemhanas RI. Kemudian sosok muda, Tama S Langkun, mantan dari koordinator divisi hukum dan monitoring peradilan ICW. 

Dewan Pakar Tim Kampanye Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Emrus Sihombing, mengatakan bahwa tim kampanye paslon 03 merupakan sosok mampu membawa dan memenangkan hati masyarakat.

“Dengan kemampuan berbicaranya,” ungkapnya kepada wartawan PARBOABOA Patrick Damanik, Rabu (3/1/2024).

“Semua sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Ada yang di bidang komunikasi, ada yang di bidang hukum, politik, dan lain sebagainya yang memiliki kemampuannya untuk memenangkan Ganjar-Mahfud,” tambahnya lagi.

Emrus Sihombing tak menampik, sekarang ini model kampanye tidak harus melulu di ruang publik. Sebab tergantikan oleh keberadaan media sosial.

“Yang saat ini banyak dikonsumsi oleh setiap kalangan,” jelasnya.

Dia melihat, bahwa memang benar milenial saat ini paling banyak menggunakan media sosial. Milenial maupun generasi Z saat ini memiliki pemikiran lebih rasional menanggapi kabar terjadi di media sosial.

Mereka kecenderungan sudah paham membedakan informasi benar dan tidak benar. 

Emrus memantau, bahwa pertarungan di media sosial memiliki kekuatan yang sama antar persaingan paslon capres.

Sebab sosial media bisa dikelola dan digunakan oleh siapa pun. Sosial media juga tidak menjadi penentu kemenangan sebuah tim dalam kampanye.

“Karena semua orang bisa memanfaatkan itu,” ucapnya.

Bila menyoal money politic, tim kampanye paslon 03 memegang teguh politik ideologis dan pendidikan politik. Mereka mengedepankan etika dan moral dalam berpolitik.

“Karena kami menilai, berpandangan dan berpijak bahwa politik yang kami sampaikan ke masyarakat adalah trust atau kepercayaan,” jelasnya.

“Kami tetap berada pada garis etika politik. Kami tetap berada pada garis politik ideologis. Maka kami tidak melakukan money politic,” tambahnya lagi.

Tim kampanye paslon 03 memiliki kiat-kiat biar pemilih mau memilih capres, partai, dan caleg di Pemilu 2024.

Masyarakat harus memilih sosok pluralis, rasional, yang pasang badan dengan kebutuhan rakyat. 

“Hanya pasangan calon Ganjar dan Mahfud memiliki aspek-aspek tersebut,” ujar Emrus Sihombing.

Editor : Ferry Sabsidi

Tag : #Pemilu 2024    #Pemilu 1971    #Politik    #Kampanye Pemilu    #Pemilu 1955    #Media Sosial    #Tim Kampanye   

BACA JUGA

BERITA TERBARU