parboaboa

AS Kiriman Amunisi Uranium ke Ukraina Picu Kontroversi

Umaya khusniah | Internasional | 02-09-2023

Amunisi depleted uranium mampu menembus dan merusak tank lapis baja. (Foto: US Air Force)

PARBOABOA, Jakarta - Amerika Serikat (AS) berencana mengirim amunisi uranium kosong (depleted uranium/DU) ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan militer terbaru yang akan diumumkan pekan depan. 

Ini merupakan kali pertama AS melakukan pengiriman jenis amunisi ini. Sebelumnya, Inggris telah mengirimkan amunisi DU ke Ukraina pada awal tahun ini.

Wacana pengiriman amunisi DU oleh AS ke Ukraina telah muncul sejak bulan Juni lalu dan diyakini akan menimbulkan kontroversi. 

Banyak pihak, termasuk Koalisi Internasional untuk Melarang Senjata Uranium, telah menyatakan keberatan terhadap penggunaan amunisi yang mengandung uranium. 

Mereka khawatir tentang dampak negatif kesehatan yang mungkin terjadi akibat penggunaan senjata berbahan uranium ini. 

Terhirup atau tertelan debu amunisi DU dapat berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker dan cacat lahir.

Apa itu Amunisi Depleted Uranium

Dilansir dari the conversations, amunisi depleted uranium (DU) telah ada sejak tahun 1970-an. Perlu dicatat bahwa ini bukan senjata nuklir yang mampu menghasilkan ledakan nuklir.

Untuk memperoleh depleted uranium, para insinyur harus melakukan ekstraksi isotop U-235 dari bijih uranium alami. Ini merupakan proses menghilangkan sebagian besar isotop uranium jenis U-235.

Sisa bahan inilah yang disebut sebagai depleted uranium dan kemudian digunakan untuk membuat amunisi.

Tingkat radioaktivitas bahan ini sekitar 40 persen lebih rendah dibandingkan dengan uranium alami.

Amunisi DU merupakan perlengkapan militer yang dirancang untuk dapat menembus baja, seperti tank.

Setelah mengenai target, amunisi DU dapat pecah menjadi partikel kecil dan terbakar di udara. Akibatnya, kerusakan pada target akan lebih fatal. 

Amunisi DU ini dapat ditembakkan dari tank M1A1 Abrams AS yang telah dikirim ke Ukraina.

Radiasi alfa yang dipancarkan oleh amunisi DU tidak cukup kuat untuk menembus kulit manusia, sehingga tidak ada risiko kesehatan bagi mereka yang berdekatan dengan amunisi ini.

Namun, permasalahan muncul ketika debu amunisi tertelan atau terhirup, atau jika pecahan peluru tertinggal dalam tubuh. Hal ini dapat mengancam kesehatan.

Kekhawatiran lebih jauh muncul karena partikel yang jauh lebih kecil dari ledakan amunisi DU dapat tetap ada dalam tanah untuk waktu yang lama, bahkan setelah konflik berakhir. 

Hal ini meningkatkan risiko radiasi bagi warga sipil atau petugas penjaga perdamaian yang tanpa sengaja bersinggungan dengan partikel amunisi DU.

Meskipun amunisi ini telah digunakan dalam berbagai konflik, terus muncul perdebatan mengenai dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Sebagai informasi, sejumlah negara, termasuk AS, Inggris, Rusia, Prancis, dan China, diketahui memiliki persediaan amunisi DU dalam gudang senjata mereka. 

Editor : Umaya khusniah

Tag : #amunisi    #amunisi depleted uranium    #internasional    #as    #ukraina    #uranium   

BACA JUGA

BERITA TERBARU